Selasa, 09 Mei 2017

FILSAFAT ISLAM



Nama                           : Diana Purniawati
Mata Kuliah                : Filsafat Umum
Dosen Pengampu        : Dr. Limas Dodi, M.Hum
BAB VII
FILSAFAT ISLAM
A.    Filsafat Islam di Dunia Timur
Terdapat 2 pendapat mengenai sumbangan peradaban Islam terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan, yang terus berkembang hingga saat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa orang Eropa belajar filsafat dari filosof Yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-kitab yang disalin oleh St. Agustine (354-430 M), yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius Boethius (480-524 M) dan John Scotus. Pendapat kedua menyatakan bahwa orang Eropa belajar filsafat orang-orang Yunani dari buku-buku filsafat Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh filosof Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi.
Akan tetapi perlu ditegaskan disini bahwa filosof Muslim tak hanya menyalin dan menerjemahkan karya-karya filsafat Yunani tetapi juga melengkapinya. Didalam karya-karya para filosof muslim sangat kentara sekali unsur-unsur intrinsik Islami. Maka kiranya sangat relevan jika menyebut Islam memiliki tradisi falsafah sendiri yang kemudian disebut sebagai filsafat Islam.
Al-Kindi muncul pada tahun 801 M. Oleh Raja Al-Makmun dan Raja Harun Al-Rasyid pada Zaman Abbasiyah, Al-Kindi diperintahkan untuk menyalin karya Plato dan Aristoteles tersebut ke dalam Bahasa Arab. Sepeninggal Al-Kindi, muncul filosof-filosof Islam kenamaan yang terus mengembangkan filsafat. Filosof-filosof itu diantaranya :
1.    Al-Kindi
Nama lengkap Al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq Ash-Shabbah bin ‘Imran bin Isma’il bin Al Asy’ats Qays Al-Kindi. Ia dilahirkan di Kuffah tahun 185 H (801 M).
Masalah-masalah filsafat yang ia bahas mencakup epistimologi, metafisika, etika, dan sebagainya. Dengan demikian, filsafat yang sebenarnya bukan hanya pengetahuan tentang kebenaran, tetapi disamping itu juga merupakan aktualisasi atau pengalaman dari kebenaran itu. Konsep Al-Kindi tentang filsafat merupakan perpaduan antara konsep Socrates dan aliran Stoa. Tujuan terakhir adalah dalam hubungannya dengan moralitas.
2.    Al-Farabi
Al-Farabi mempunyai nama lain Abu Nashr Ibnu Audagh Ibn Thorhan Al-Farabi. Sebenarnya nama Al-Farabi diambil dari nama kota Farab, tempat ia dilahirkan di desa Wasij dalam kota Farab pada tahun 257 H (870 M).
Karya-karya nyata dari Al-Farabi adalah :
a.)       Al Jami’u Baina Ra’yai Al Hakimain Afalatoni Al Hahiy wa Aristho-thails (pertemuan/penggabungan pendapat antara Plato dan Aristoteles);
b.)      Tahilul as Sa’adah (mencari kebahagiaan);
c.)      As Suyasatu Al Madinah (politik pemerintahan);
d.)     Fususu Al Taram (hakikat kebenaran);
e.)      Arroo’u Ahli Al Madinati Al Fadilah (pemikiran-pemikiran utama pemerintahan);
f.)       As Syiyasyah (ilmu politik); dan lain-lain.
Al-Farabi mendefinisikan filsafat adalah: Al Ilmu bilmaujudaat bima Hiya Al Maujudaat, yang berarti sesuatu ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnya dari segala yang ada ini. Dia juga berpendapat bahwa tidak ada pertentangan antara filsafat Plato dan Aristoteles, sebab kelihatan berlainan pemikirannya tetapi hakikatnya mereka bersatu dalam tujuannya.
3.    Ibnu Maskawaih
Maskawaih adalah seorang filosof muslim yang memusatkan perhatiannya pada etika Islam. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Khasim Ahmad bin Ya’qub Maskawaih.
Adapun karya-karya Maskawaih diantaranya adalah:
a.)      Kitab Al-Fauz Al-Ashgar, tentang KeTuhanan, jiwa dan kenabian (metafisika);
b.)      Kitab Al-Fauz Al-Akabr, tentang etika;
c.)      Kitab Thabarat Al-Nafs, tentang etika;
d.)     Kitab Tahdzib Al-Akhlak wa Tathhir Al-‘Araq, tentang etika;
e.)      Kitab Tartib As-Sa’adat, tentang etika dan politik terutama mengenai pemerintahan Bani ‘Abbas dan Banu Buwaih; dan lain-lain.
Pemikiran filsafat Maskawaih, ia membedakan antara pengertian hikmah (kebijaksanaan) dan falsafah (filsafat). Menurutnya hikmah adalah keutamaan jiwa yang cerdas (aqillah) yang mampu membeda-bedakan.
Sedangkan mengenai filsafat, Maskawaih tidak memberikan pengertian secara tegas. Tetapi ia membagi filsafat menjadi 2 bagian; bagian teori dan bagian praktis. Bagian teori adalah kesempurnaan manusia yang dapat mengetahui segala sesuatu yang dianggap benar dan tidak ragu-ragu terhadap kebenaran.
Bagian praktis adalah kesempurnaan manusia untuk dapat melakukan perbuatan-perbuatan moral. Kesempurnaan moral ini dimulai dengan kemampuan untuk dapat membedakan hal yang benar dan salah, yang baik dan yang buruk.
Jika manusia berhasil memiliki 2 bagian tersebut, maka ia telah memperoleh kebahaiaan yang sempurna.
4.    Ibnu Sina
Nama lain Ibnu Sina adalah Abu Ali Hosain Ibn Abdullah Ibn Sina. Beliau lahir disebuah desa Afsyana, di daerah Bukhara pada tahun 340 H/980 M. Ibnu Sina meskipun disibukkan oleh kegiatan politik namun karena kecerdasan yang dimilikinya, menyebabkan ia mampu menulis beberapa buku. Karena ia pandai mengatur waktu dalam aktifitas politik, mengajar dan mengarang. Dalam tulis menulis tidak kurang dari 50 lembar karya yang dapat disajikan. Ia sangat berjasa bagi para ilmuwan, dengan karya-karya yang berguna.
Adapun karangan-karangan Ibnu Sina yang terkenal adalah:
a.)      As-Syifa’.
b.)      An-Najat.
c.)      Al-Syarat Wal-Tanbihat.
d.)     Al-Hikmat Al-Masyiriqiyyah.
e.)      Al-Qanun, atau Canon of Medicine.
Ibnu Sina berpendapat bahwa Tuhan, dan hanya Tuhan saja yang memiliki wujud tunggal, secara mutlak, sedang segala sesuatu yang lain memiliki kodrat yang mendua. Karena ketunggalannya, maka apakah Tuhan itu dan kenyataan bahwa ia ada, bukanlah 2 unsur dalam 1 wujud tetapi 1 unsur atomic dalam wujud yang tunggal. Tentang apakah Tuhan itu, hakikat Dia, adalah identik dengan eksistensi-Nya.
5.    Al-Ghazali
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Abu Hamid Al-Ghazali. Beliau dilahirkan di Thus, suatu kota di Khurasan pada tahun 450 M.
Adapun penyerangan dari kalangan fuqaha dan tasawuf (Ibnu Rusyd) adalah disebabkan sikap Al-Ghazali yang menantang filosuf Islam, bahkan ia sampai mengkafirkan dalam 3 hal yaitu:
a.)      Pengingkaran terhadap kebangkitan jasmani.
b.)      Membatasi pengetahuan Tuhan kepada hal-hal yang besar saja, dan
c.)      Ada kepercayaan tentang qadimnya alam dan keasliannya.
Al-Ghazali menyanggah 4 poin terhadap filsuf-filsuf :
1.)      Mengenai pernyataan bahwa dunia ini ada begitu saja.
2.)      Hakikat waktu adalah kekal.
3.)      Tentang potensialitas.
4.)      Prinsip kelimpahan.
B.     Filsafat Islam di Dunia Barat
Ketika datang ke Timur Tengah pada abad IV SM. Aleksander Yang Agung membawa bukan hanya kaum militer tetapi juga kaum sipil. Tujuannya bukanlah hanya meluaskan daerah kekuasaannya ke luar Masedonia, tapi juga menanamkan kebudayaan Yunani di daerah-daerah yang dimasukinya. Untuk itu ia adakan pembauran antara orang-orang Yunani yang dibawanya, dengan penduduk setempat. Dengan jalan demikian berkembanglah falsafat dan ilmu pengetahuan Yunani di Timur Tengah, dan timbullah pusat-pusat peradaban Yunani.
Filosuf-filosuf Islam di dunia Barat yaitu :
1.    Ibnu Rusyd
Nama lengkapnya adalah Abu Al-Walid Muhamad Ibn Ahmad Ibn Muhamad Ibn Rusyd. Beliau dilahirkan di Cordova pada tahun 520 H (1126 M).
Diantara karya-karyanya adalah :
a.)      Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Mustashid fi al-Fiqh.
b.)      Kitab al-Kulliyat fi al-Thib.
c.)      Tahafut al-Tahafut.
d.)     Al-Kasyf ‘an Manahij al-Adillah fi ‘Aqaid al-Millah.
e.)      Fashl al-Maqal fima bain al-Hikmah wa al-Syari’ah min al-Ittishal.
f.)       Dhamimah li Masalah al-Qadim.
2.    Ibnu Bajjah
Nama aslinya adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Yahya al-Sha’igh. Di dunia Barat, ia terkenal dengan sebutan Avempace. Julukannya adalah Ibnul-Sha’igh (anak tukang emas). Ia dilahirkan di Saragosa (Spanyol) pada akhir abad ke-5 H/ abad ke-11 M. Tahun kelahirannya tidak diketahui, akan tetapi diketahui wafatnya yakni pada tahun 533 H/1138 M.
Diantara karya-karya Ibnu Bajjah yang terkenal dalam filsafatnya adalah sebagai berikut: pertama, kitab Tadbir al-Mutawahhid. Kedua, Risalat al-Wada’, risalah ini membahas Penggerak Pertama (Tuhan), manusia, alam, dan kedokteran. Ketiga, Risalat al-Ittisal, risalah ini menguraikan tentang hubungan manusia dengan Akal Fa’al. Keempat, kitab al-Nafs, kitab ini menjelaskan tentang jiwa.
Uraian filsafat Ibnu Bajjah antara lain :
a.)      Filsafat Metafisika
Menurut Ibnu Bajjah, segala yang ada (al-maujudat) terbagi 2: yang bergerak dan yang tidak bergerak. Yang bergerak adalah jisim (materi) yang sifatnya finite (terbatas). Gerak terjadi dari perbuatan yang menggerakkan terhadap yang digerakkan. Gerakan ini di gerakkan pula oleh gerakan yang lain, yang akhir rentetan gerakan ini digerakkan oleh penggerak yang tidak bergerak; dalam arti penggerak yang tidak berubah yang berbeda dengan jisim (materi).
b.)      Filsafat Jiwa
Menurut pendapat Ibnu Bajjah, setiap manusia mempunyai jiwa. Jiwa di gerakkan dengan 2 jenis alat: alat-alat jasmaniah dan alat-alat rohaniah. Alat-alat jasmaniah diantaranya ada berupa buatan dan ada pula berupa alamiah, seperti kaki dan tangan. Alat-alat alamiah ini lebih dahulu dari alat buatan yang disebut juga ibnu hajjah dengan pendorong naluri (al-harr al-gharizi) atau roh insting.
c.)      Filsafat Etika
Ibnu Bajjah membagi perbuatan manusia kepada 2 bagian. Bagian pertama, ialah perbuatan yang timbul dari motif naluri dan hal-hal lain yang berhubungan dengannya, baik dekat atau jauh.
3.    Ibnu Tufail
Nama lengkap Ibnu Thufail ialah Abu Bakar ibnu Abd Al-Malik ibn Muhammad Thufail. Ia dilahirkan di Guadix (Arab: Wadi Asy), provinsi Granada, Spanyol pada tahun 506 H/1110 M.
Beberapa karya Ibnu Thufail yang terkenal adalah sebuah buku filsafat yang berjudul Hayy ibnu Yagzan (kehidupan anak kesadaran) karya ini memang sama dengan buah karya Ibnu Sina yang diakunya sendiri berisikan kebijaksanaan timur (Orental Wisdom). Ajaran-ajaran Ibnu Thufail diantaranya :
a.       Tentang Dunia
b.      Tentang Tuhan
c.       Tentang Kosmologi Cahaya
d.      Epistimologi Pengetahuan
e.       Etika / Akhlak

FILSAFAT ISLAM

Nama                           : Diana Purniawati Mata Kuliah                : Filsafat Umum Dosen Pengampu        : Dr. Limas Dodi...