Nama : Diana Purniawati
Mata Kuliah : Filsafat Umum
Dosen Pengampu : Dr. Limas Dodi, M.Hum
BAB VII
FILSAFAT ISLAM
A.
Filsafat Islam di Dunia Timur
Terdapat 2 pendapat mengenai sumbangan
peradaban Islam terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan, yang terus berkembang
hingga saat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa orang Eropa belajar filsafat
dari filosof Yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-kitab yang disalin oleh
St. Agustine (354-430 M), yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius
Boethius (480-524 M) dan John Scotus. Pendapat kedua menyatakan bahwa orang
Eropa belajar filsafat orang-orang Yunani dari buku-buku filsafat Yunani yang
telah diterjemahkan ke dalam bahasa arab oleh filosof Islam seperti Al-Kindi
dan Al-Farabi.
Akan tetapi perlu ditegaskan disini
bahwa filosof Muslim tak hanya menyalin dan menerjemahkan karya-karya filsafat
Yunani tetapi juga melengkapinya. Didalam karya-karya para filosof muslim
sangat kentara sekali unsur-unsur intrinsik Islami. Maka kiranya sangat relevan
jika menyebut Islam memiliki tradisi falsafah sendiri yang kemudian disebut
sebagai filsafat Islam.
Al-Kindi muncul pada tahun 801 M. Oleh
Raja Al-Makmun dan Raja Harun Al-Rasyid pada Zaman Abbasiyah, Al-Kindi
diperintahkan untuk menyalin karya Plato dan Aristoteles tersebut ke dalam
Bahasa Arab. Sepeninggal Al-Kindi, muncul filosof-filosof Islam kenamaan yang
terus mengembangkan filsafat. Filosof-filosof itu diantaranya :
1.
Al-Kindi
Nama
lengkap Al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq Ash-Shabbah bin ‘Imran bin Isma’il
bin Al Asy’ats Qays Al-Kindi. Ia dilahirkan di Kuffah tahun 185 H (801 M).
Masalah-masalah
filsafat yang ia bahas mencakup epistimologi, metafisika, etika, dan
sebagainya. Dengan demikian, filsafat yang sebenarnya bukan hanya pengetahuan
tentang kebenaran, tetapi disamping itu juga merupakan aktualisasi atau
pengalaman dari kebenaran itu. Konsep Al-Kindi tentang filsafat merupakan
perpaduan antara konsep Socrates dan aliran Stoa. Tujuan terakhir adalah dalam
hubungannya dengan moralitas.
2.
Al-Farabi
Al-Farabi
mempunyai nama lain Abu Nashr Ibnu Audagh Ibn Thorhan Al-Farabi. Sebenarnya
nama Al-Farabi diambil dari nama kota Farab,
tempat ia dilahirkan di desa Wasij
dalam kota Farab pada tahun 257 H (870 M).
Karya-karya
nyata dari Al-Farabi adalah :
a.) Al Jami’u Baina Ra’yai Al Hakimain Afalatoni
Al Hahiy wa Aristho-thails (pertemuan/penggabungan pendapat antara Plato
dan Aristoteles);
b.) Tahilul
as Sa’adah (mencari kebahagiaan);
c.) As
Suyasatu Al Madinah (politik pemerintahan);
d.) Fususu
Al Taram (hakikat kebenaran);
e.) Arroo’u
Ahli Al Madinati Al Fadilah (pemikiran-pemikiran
utama pemerintahan);
f.) As
Syiyasyah (ilmu politik); dan lain-lain.
Al-Farabi mendefinisikan filsafat
adalah: Al Ilmu bilmaujudaat bima Hiya Al
Maujudaat, yang berarti sesuatu ilmu yang menyelidiki hakikat sebenarnya
dari segala yang ada ini. Dia juga berpendapat bahwa tidak ada pertentangan
antara filsafat Plato dan Aristoteles, sebab kelihatan berlainan pemikirannya
tetapi hakikatnya mereka bersatu dalam tujuannya.
3.
Ibnu Maskawaih
Maskawaih
adalah seorang filosof muslim yang memusatkan perhatiannya pada etika Islam. Nama
lengkapnya adalah Abu Ali Al-Khasim Ahmad bin Ya’qub Maskawaih.
Adapun
karya-karya Maskawaih diantaranya adalah:
a.) Kitab Al-Fauz Al-Ashgar, tentang KeTuhanan, jiwa dan kenabian
(metafisika);
b.) Kitab Al-Fauz Al-Akabr, tentang etika;
c.) Kitab Thabarat Al-Nafs, tentang etika;
d.) Kitab Tahdzib Al-Akhlak wa Tathhir Al-‘Araq, tentang etika;
e.) Kitab Tartib As-Sa’adat, tentang etika dan politik terutama mengenai
pemerintahan Bani ‘Abbas dan Banu Buwaih; dan lain-lain.
Pemikiran filsafat Maskawaih, ia
membedakan antara pengertian hikmah (kebijaksanaan) dan falsafah (filsafat).
Menurutnya hikmah adalah keutamaan jiwa yang cerdas (aqillah) yang mampu membeda-bedakan.
Sedangkan mengenai filsafat,
Maskawaih tidak memberikan pengertian secara tegas. Tetapi ia membagi filsafat
menjadi 2 bagian; bagian teori dan bagian praktis. Bagian teori adalah
kesempurnaan manusia yang dapat mengetahui segala sesuatu yang dianggap benar
dan tidak ragu-ragu terhadap kebenaran.
Bagian praktis adalah kesempurnaan
manusia untuk dapat melakukan perbuatan-perbuatan moral. Kesempurnaan moral ini
dimulai dengan kemampuan untuk dapat membedakan hal yang benar dan salah, yang
baik dan yang buruk.
Jika manusia berhasil memiliki 2
bagian tersebut, maka ia telah memperoleh kebahaiaan yang sempurna.
4.
Ibnu Sina
Nama
lain Ibnu Sina adalah Abu Ali Hosain Ibn Abdullah Ibn Sina. Beliau lahir
disebuah desa Afsyana, di daerah Bukhara pada tahun 340 H/980 M. Ibnu Sina
meskipun disibukkan oleh kegiatan politik namun karena kecerdasan yang
dimilikinya, menyebabkan ia mampu menulis beberapa buku. Karena ia pandai
mengatur waktu dalam aktifitas politik, mengajar dan mengarang. Dalam tulis
menulis tidak kurang dari 50 lembar karya yang dapat disajikan. Ia sangat
berjasa bagi para ilmuwan, dengan karya-karya yang berguna.
Adapun
karangan-karangan Ibnu Sina yang terkenal adalah:
a.) As-Syifa’.
b.) An-Najat.
c.) Al-Syarat
Wal-Tanbihat.
d.) Al-Hikmat
Al-Masyiriqiyyah.
e.) Al-Qanun,
atau Canon of Medicine.
Ibnu Sina berpendapat bahwa Tuhan,
dan hanya Tuhan saja yang memiliki wujud tunggal, secara mutlak, sedang segala
sesuatu yang lain memiliki kodrat yang mendua. Karena ketunggalannya, maka
apakah Tuhan itu dan kenyataan bahwa ia ada, bukanlah 2 unsur dalam 1 wujud
tetapi 1 unsur atomic dalam wujud yang tunggal. Tentang apakah Tuhan itu,
hakikat Dia, adalah identik dengan eksistensi-Nya.
5.
Al-Ghazali
Nama
lengkapnya adalah Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Abu Hamid
Al-Ghazali. Beliau dilahirkan di Thus, suatu kota di Khurasan pada tahun 450 M.
Adapun
penyerangan dari kalangan fuqaha dan tasawuf (Ibnu Rusyd) adalah disebabkan
sikap Al-Ghazali yang menantang filosuf Islam, bahkan ia sampai mengkafirkan
dalam 3 hal yaitu:
a.) Pengingkaran terhadap kebangkitan
jasmani.
b.) Membatasi pengetahuan Tuhan kepada
hal-hal yang besar saja, dan
c.) Ada kepercayaan tentang qadimnya alam
dan keasliannya.
Al-Ghazali menyanggah 4 poin terhadap filsuf-filsuf
:
1.) Mengenai pernyataan bahwa dunia ini ada
begitu saja.
2.) Hakikat waktu adalah kekal.
3.) Tentang potensialitas.
4.) Prinsip kelimpahan.
B.
Filsafat Islam di Dunia Barat
Ketika datang ke Timur Tengah pada abad
IV SM. Aleksander Yang Agung membawa bukan hanya kaum militer tetapi juga kaum
sipil. Tujuannya bukanlah hanya meluaskan daerah kekuasaannya ke luar
Masedonia, tapi juga menanamkan kebudayaan Yunani di daerah-daerah yang
dimasukinya. Untuk itu ia adakan pembauran antara orang-orang Yunani yang
dibawanya, dengan penduduk setempat. Dengan jalan demikian berkembanglah
falsafat dan ilmu pengetahuan Yunani di Timur Tengah, dan timbullah pusat-pusat
peradaban Yunani.
Filosuf-filosuf Islam di dunia Barat
yaitu :
1.
Ibnu Rusyd
Nama
lengkapnya adalah Abu Al-Walid Muhamad Ibn Ahmad Ibn Muhamad Ibn Rusyd. Beliau
dilahirkan di Cordova pada tahun 520 H (1126 M).
Diantara
karya-karyanya adalah :
a.) Bidayah
al-Mujtahid wa Nihayah al-Mustashid fi al-Fiqh.
b.) Kitab
al-Kulliyat fi al-Thib.
c.) Tahafut
al-Tahafut.
d.) Al-Kasyf
‘an Manahij al-Adillah fi ‘Aqaid al-Millah.
e.) Fashl
al-Maqal fima bain al-Hikmah wa al-Syari’ah min al-Ittishal.
f.) Dhamimah
li Masalah al-Qadim.
2.
Ibnu Bajjah
Nama
aslinya adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Yahya al-Sha’igh. Di dunia Barat, ia
terkenal dengan sebutan Avempace. Julukannya adalah Ibnul-Sha’igh (anak tukang
emas). Ia dilahirkan di Saragosa (Spanyol) pada akhir abad ke-5 H/ abad ke-11
M. Tahun kelahirannya tidak diketahui, akan tetapi diketahui wafatnya yakni
pada tahun 533 H/1138 M.
Diantara
karya-karya Ibnu Bajjah yang terkenal dalam filsafatnya adalah sebagai berikut:
pertama, kitab Tadbir al-Mutawahhid. Kedua, Risalat al-Wada’, risalah ini
membahas Penggerak Pertama (Tuhan), manusia, alam, dan kedokteran. Ketiga,
Risalat al-Ittisal, risalah ini menguraikan tentang hubungan manusia dengan
Akal Fa’al. Keempat, kitab al-Nafs, kitab ini menjelaskan tentang jiwa.
Uraian
filsafat Ibnu Bajjah antara lain :
a.) Filsafat Metafisika
Menurut
Ibnu Bajjah, segala yang ada (al-maujudat) terbagi 2: yang bergerak dan yang
tidak bergerak. Yang bergerak adalah jisim (materi) yang sifatnya finite (terbatas). Gerak terjadi dari
perbuatan yang menggerakkan terhadap yang digerakkan. Gerakan ini di gerakkan
pula oleh gerakan yang lain, yang akhir rentetan gerakan ini digerakkan oleh
penggerak yang tidak bergerak; dalam arti penggerak yang tidak berubah yang
berbeda dengan jisim (materi).
b.) Filsafat Jiwa
Menurut
pendapat Ibnu Bajjah, setiap manusia mempunyai jiwa. Jiwa di gerakkan dengan 2
jenis alat: alat-alat jasmaniah dan alat-alat rohaniah. Alat-alat jasmaniah
diantaranya ada berupa buatan dan ada pula berupa alamiah, seperti kaki dan
tangan. Alat-alat alamiah ini lebih dahulu dari alat buatan yang disebut juga
ibnu hajjah dengan pendorong naluri (al-harr al-gharizi) atau roh insting.
c.) Filsafat Etika
Ibnu
Bajjah membagi perbuatan manusia kepada 2 bagian. Bagian pertama, ialah
perbuatan yang timbul dari motif naluri dan hal-hal lain yang berhubungan
dengannya, baik dekat atau jauh.
3.
Ibnu Tufail
Nama
lengkap Ibnu Thufail ialah Abu Bakar ibnu Abd Al-Malik ibn Muhammad Thufail. Ia
dilahirkan di Guadix (Arab: Wadi Asy), provinsi Granada, Spanyol pada tahun 506
H/1110 M.
Beberapa
karya Ibnu Thufail yang terkenal adalah sebuah buku filsafat yang berjudul Hayy
ibnu Yagzan (kehidupan anak kesadaran) karya ini memang sama dengan buah karya
Ibnu Sina yang diakunya sendiri berisikan kebijaksanaan timur (Orental Wisdom).
Ajaran-ajaran Ibnu Thufail diantaranya :
a. Tentang Dunia
b. Tentang Tuhan
c. Tentang Kosmologi Cahaya
d. Epistimologi Pengetahuan
e. Etika / Akhlak